Jumat, 05 Mei 2017

Sejarah kuliner

Sejarah kuliner nusantara, memanja lidah berabad lamanya

Indonesia awalnya dikenal sebagai negeri penghasil rempah yang berlimpah. Dari bumbu berdasar rempah inilah, banyak masakan khas asli Indonesia yang tercipta. Bukan itu saja. Interaksi perdagangan dengan negeri luar Indonesia, menciptakan persilangan jenis masakan yang juga memperkaya selera.
Hingga kini, dikenal banyak masakan Indonesia yang mendunia. Dari rendang, nasi goreng, hingga sate telah banyak memanjakan para penikmat dan pencari kepuasan selera. Dan inilah sebagian masakan Nusantara dengan kisah perkembangannya di Indonesia.
Rendang
Dalam sebuah ulasan dari seorang sejarawan Universitas Andalas Padang, Gusti Anan, konon rendang diawali oleh kebiasaan masyarakat Minang bepergian lewat jalur air ke Selat Malaka hingga Singapura di sekitar abad 16. Perjalanan yang butuh waktu lama itu membuat para perantau harus menyiapkan makanan tahan lama karena tidak ada perkampungan yang bisa disinggahi sebelum sampai tujuan. Rendang sendiri disebut berasal dari kata merandang yang berarti memasak santan hingga kering secara perlahan. Hal inilah yang dianggap sebagai salah satu ciri khas yang sesuai untuk menjelaskan asal mula rendang.
Referensi lain menyebutkan bahwa rendang awalnya dipengaruhi dengan kedatangan pedagang dari India ke daerah Minang di sekitar abad 15. Mereka sering memasak dengan kari. Menurut ahli waris kerajaan Pagaruyung, kemungkinan rendang adalah proses lebih lanjut pembuatan makanan dengan kari. Perbedaannya kari lebih basah, sedangkan rendang dibuat kering sehingga lebih awet.
Nasi Goreng
Sebenarnya masakan ini adalah masakan yang sangat banyak variasinya di berbagai belahan dunia. Namun di Indonesia memang dikenal punya ciri khas tersendiri. Utamanya, karena tambahan bumbu rempah khas Indonesia. Dari berbagai literatur, disebut nasi goreng awalnya diolah masyarakat Tiongkok sejak 4000 SM. Mereka punya pantangan makan masakan yang sudah dingin. Di sisi lain, mereka juga pantang membuang makanan. Maka, sisa nasi yang sudah dingin kemudian diolah kembali dengan tambahan aneka bumbu.
Masyarakat perantau Tiongkok kemudian banyak berinteraksi dengan masyarakat Nusantara ketika berdagang dengan kita. Menu nasi goreng yang awalnya banyak dicampur dengan bahan daging babi, lalu disesuaikan dengan kondisi setempat. Inilah yang dianggap mengawali populernya menu nasi goreng ala Indonesia.
Soto
Dari salah satu sumber menyebutkan bahwa asal mula Soto adalah dari daerah Tamil India, yang penduduknya sebagian harus menyingkir akibat peperangan sekitar 2200 tahun silam. Mereka lantas sampai ke Nusantara dan salah satunya membawa makanan berbahan kari. Salah satu jenis makanan itu bernama Sothi. Awalnya sothi hanya berisi sayuran karena penduduk India yang beragama Hindu tidak makan sapi. Model masakan kari inilah yang kemudian disesuaikan dengan lidah Nusantara, sehingga kini dikenal berbagai macam soto, mulai dari Soto Madura, Sroto Banyumas, Coto Makassar, dan berbagai jenis variasi lainnya.
Sate
Ada berbagai versi yang menyebut sejarah dari mana sate berasal. Beberapa ada yang mengatakan berasal dari pedagang Arab, India, dan juga Tiongkok. Dari sekian banyak versi itu, disebutkan bahwa sate banyak berkembang di Jawa dan Madura. Dari sanalah sate kemudian menyebar ke berbagai daerah dengan model pengembangan bumbu masing-masing. Beberapa di antaranya adalah Sate Maranggi dan Sate Padang.
Gudeg
Makanan khas dari Yogyakarta ini konon dibuat pada saat Kerajaan Mataram Islam dibangun di Hutan Mentaok, Kotagede Yogyakarta sekitar tahun 1500-an. Saat itu, banyak pohon nangka, kelapa, dan melinjo yang ditebang. Karena banyak buahnya, membuat para pekerja berinisiatif membuat masakan dari hasil pepohonan itu. Saking banyaknya bahan, untuk mengolah harus diaduk dengan alat seperti dayung. Proses mengaduk ini—dalam bahasa Jawa disebut sebagai hangudeg—yang kemudian membuat masakan ini dikenal sebagai gudeg. Seiring perkembangan zaman, gudeg yang awalnya berkuah, kini juga diolah dan dibuat lebih kering sehingga tahan lebih lama.

0 komentar:

Posting Komentar